Semoga Bermanfaat n_n

Mengenali Argumen

Rabu, September 15, 2010 / Diposting oleh GoZaLi /

 Mengenali Argumen
Argumen tersusun atas pernyataan-pernyataan, di mana salah satunya (kesimpulan) dianggap muncul dari penyataan-pernyataan yang lain (premis). Pernyataan dapat didefinisikan sebagai kalimat yang benar atau salah. Untuk membedakan antara premis dan kesimpulan, ingat saja bahwa ungkapan seperti “karena”, “sebab”, atau “berdasarkan” biasanya merupakan pendahuluan dari sebuah premis, sedangkan “sehingga” dan “maka” biasanya mendahului kesimpulan. Premis dari suatu argumen seharusnya berisi alasan untuk mempercayai bahwa kesimpulannya memang begitu.
Kutipan berikut ini berisi contoh argumentasi:
1.     Jika aku identik dengan kembaranku, maka aku dan kembaranku seharusnya memiliki sifat yang sama
2.    Tetapi aku dan kembaranku tidak memiliki sifat yang sama
3.    Maka, aku tidak identik dengan baranku   Dalam argumen deduktifesimpulan secara niscaya diimplikasikan  oleh premis-premisnya.  
Argumen induktif adalah argumen yang didalamnya dinyatakan bahwa jika premis-premisnya benar, maka premis-premis itu hanya mengisyaratkan probabilitas kesimpulan dalam kadar tertentu. 
Induksi : Menguji Argumen-Argumen Analog
Argumen analog dikembangkan dari kemiripan-kemiripan antara dua hal dalam aspek lain. Benda A, B, dan C memiliki sifat-sifat x dan y
A dan B memiliki sifat z
Maka, C mungkin juga memiliki sifat z
Kekuatan atau kelemahan argumen analog bergantung pada beberapa faktor berikut:
1.    Jumlah contoh yang digunakan; semakin banyak contoh, semakin baik, sampai batas tertentu;
2.    Jumlah dan macam ciri yang memiliki kemiripan dalam contoh-contoh tersebut;
3.    Kekuatan kesimpulan terhadap-terhadap premis-premisnya;
4.    Relevansi antara ciri-ciri yang disebutkan dalam premis dengan kesimpulan yang ditarik;
Deduksi: Menguji Validitas
“Validitas” lebih bersangkutan dengan struktur atau bentuk dari suatu argumen deduktif, bukan tentang kebenaran atau kesalahan premis dan kesimpulan.
1.        Jika maling adalah manusia (p), maka pencurian adalah kejahatan (q)
2.        Maling adalah manusia(p)
3.        Maka pencurian adalah kejahatan (q)

Apakah Premis-Premisnya Benar?
Sebuah argumen deduktif dikatakan masuk akal hanya bila argumen itu valid dan premis-premisnya benar. Jika sebuah argumen deduktif memiliki premis-premis yang salah atau penyimpulan yang tidak valid, maka argumen itu tidak masuk akal dan harus ditolak.
Apakah Asumsi-Asumsinya Tepat?
Untuk memeriksa peran asumsi dalam telaah filsafat, kita perlu menegaskan pembedaan antara syarat-syarat perlu (necessary conditions) dan syarat-syarat cukup (sufficient-conditions).
Asumsi Perlu dan Asumsi Cukup
Sebuah asumsi dapat berfungsi sebagai syarat perlu bagi teori tertentu. Sebuah asumsi dapat berfungsi sebagai syarat cukup bagi teori tertentu.
1.  Jika pertumbuhan angka kelahiran secara terus-menerus adalah pilihan yang baik, maka sumber tenaga kerja kita praktis haruslah akan meningkat
2.  Padahal sumber tenaga kerja kita tidak akan meningkat
3.  Maka pertumbuhan angka kelahiran secara terus-menerus bukan pilihan yang baik

Pentingnya Asumsi yang Ada di Latar Belakang
Tidak semua asumsi dapat secara pas dimasukkan ke dalam kategori asumsi perlu dan asumsi cukup. Sering kali asumsi-asumsi tersebut tersembunyi di latar belakang dan harus diangkat ke permukaan melalui dialog kritis. Tak jarang dialog kritis merupakan satu-satunya cara untuk menentukan secara persis peran asumsi-asumsi dalam sebuah teori.

Apakah Konsekuensinya Logisnya Dapat Diterima?
Cara lain menguji suatu teori filasafat adalah dengan mengamati apakah teori tersebut mempunyai konsekuensinya atau implikasi logis yang dapat disangkal. Jika konsekuensinya dapat disangkal, maka tesis aslinya dengan sendirinya lemah.
Tiga Macam Konsekuensi
(1)               Hipotesis empiris, (2) argumen deduktif, dan (3) tesis filosofis.
Contoh argumen yang memuat ketiga jenis konsekuensi sekaligus adalah sebagai berikut :
1.      Jika rektorat benar-benar representatif, maka ia peduli terhadap kebutuhan mahasiswa. (Konsekuensi niscaya dan analitis dari konsep tentang rektorat yang benar-benar representatif)
2.      Jika X terpilih, maka rektorat tidak akan tanggap terhadap kebutuhan mahasiswa. (Konsekuensi empiris dari terpilihnya X)
3.      Maka, jika X terpilih, rektorat tidak akan benar-benar representatif. (Konsekuensi deduktif)
Seberapa Tepatkah Teorinya?
Tepat tidaknya atau memadai tidaknya suatu teori filasafat bergantung pada sejauh mana teori tersebut dapat diterapkan secara pas pada berbagai kasus. Kadar kesesuaiannya diketahui dengan melihat kemungkinan contoh-contoh baliknya.
Strategi Menguji Ketepatan
Contoh sebuah strategi adalah mencari contoh yang seharusnya sesuai dengan teori tapi ternyata tidak. Teori yang tidak tepat sering kali desebabkan oleh kepicikan sudut pandang sejak awalnya. Misalnya dalam membuat generalisasi dari pengalaman pribadi Anda, harus dibedakan antara pengalaman-pengalaman yang secara relatif bersifat universal, misalnya rasa sakit, dan pengalaman-pengalaman yang terbatas pada kalangan yang lebih sempit, misalnya hidup ini indah.
 Sebuah Kasus Khusus
Apa yang tampaknya merupakan contoh dari suatu kategori ternyata merupakan contoh dari kategori yang lain, yaitu apa yang diklasifikasikan dalam cara tertentu seharusnya diklasifikasikan secara lain. Salah satu contoh yang baik dari jenis klaim semacam ini disampaikan oleh Plato. Plato tidak terlalu menghargai persepsi indrawi. Ia berpendapat bahwa objek pengetahuan adalah “bentuk-bentuk” dari ide-ide murni (“keadilan”, “kehijauan”, “kekecilan”) yang berada di luar ruang dan waktu. Contohnya saya tahu ia mencuri perhiasan tetangganya karena saya menyaksikan ia melakukannya. Padahal bisa saja dia salah paham, dimana indrawinya menipunya.

Apakah Permasalahannya Berputar-Putar
Sebuah argument dikatakan berputar-putar bila argument itu mengandaikan kebenaran (atau kesalahan) klaim yang justru seharusnya dibuktikan kebenarannya (atau kesalahannya) terlebih dahulu. Berikut adalah tiga jenisnya yang paling penting.
1.       Argumentasi sirkular
Argumentasi yang berputar-putar mulai dengan sebuah tesis yang harus dibuktikan, tetapi akhirnya kembali kepada tesis tersebut dengan mengandaikannya, bukan dengan membuktikannya. Contohnya, bumi itu bulat karena teori Plato mengatakan demikian. Plato tidak mungkin salah karena sudah dibuktikan bahwa bumi itu bulat.
2.       Klaim seseorang terhadap kebenaran prinsipnya sendiri, sementara prinsipnya tersebut justru sedang dipertanyakan atau dipersoalkan oleh argument pihak lainnya. Misalnya perdobatan soal moral, seperti saat seorang guru membocorkan kunci jawaban UAN.
3.       Definisi yang berputar-putar
Definisi yang sering kali tampaknya mendukung suatu teori, padahal hanya merupakan bagian dari teori tersebut. Definisi-definisi tersebut tidak menambahkan alas an apa pun untuk mempercayai bahwa teori itu benar. Contohnya dua orang, A dan B berdebat tentang hukuman mati apakah harus dilakukan atau tidak.  Sebenarnya bukan definisi itu sendiri yang berputar-putar atau tidak berputar-putar, melainkan bagaimana kita memperlakukan definisi itu  dan bagaimana definisi itu berfungsi dalam konteks diskusi filsafat.
Untuk menentukan apakah sebuah argument menjawab atau tidak menjawab persoalan, sangat berguna bila kita dapat membedakan antara kritik internal dan kritik eksternal. Ringkasnya, kritik internal berusaha menunjukkan kesulitan-kesulitan yang melekat pada sebuah tesis, dengan memakai dasar atau alasan yang bukan berasal dari pandangan si pengkritik sendiri. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diakibatkan argument yang tidak valid, makna yang tidak jelas, asumsi yang serampangan, ataupun konsekuensi-konsekuensi yang sangat janggal bila hendak dimaksudkan mendukung tesis.                    
Sementara itu, kritik eksternal didasarkan pada asumsi dan aturan main yang tidak konsisten dengan pandangan yang sedang diuji. Sebuah kritik eksternal biasanya merupakan bagian dari tesis pengkritik. Contohnya “semua orang adalah kepala sekolah” praktis sama saja dengan “tidak ada kepala sekolah”.

Label:

0 komentar:

Posting Komentar